Search

Wednesday, November 10, 2010

Mengapa ada gempa ?


Tektonik, gempa dan vulkanisme

Walaupun kita tahu bahwa lempeng samodera bergerak menunjam menubruk lempeng benua. Ketika menubruk tentusaja terjadi gesekan-gesekan. Akibat gesekan inilah yang diperkirakan oleh ahli geologi-vulkanologi sebagai penyebab melelehnya batuan. Batuan yang meleleh inilah yang akhirnya berusaha menerobos keatas menembus lempeng benua.
Ketika lelehan batuan ini keluar dipermukaan setelah menembus kerak (lempeng) benua, disitulah munculnya gunung api.
Secara mudah digambarkan seperti dibawah ini.
Keterangan
  • 1. Ada dua tipe dasar litosfer: kontinental dan samudera . litosfer CONTINENTAL memiliki kerapatan yang rendah karena terbuat dari mineral yang relatif ringan. Litosfer samudera lebih padat daripada litosfer kontinen karena terdiri dari mineral berat. Lempengan bumi mungkin tersusun atas sepenuhnya dari litosfer samudera atau kontinental, tetapi kebanyakan sebagian laut dan sebagian benua.
  • 2. Di bawah pelat litosfer terletak astenosfer, lapisan mantel yang terdiri dari batuan semi-padat lebih padat. Karena pelat ini kurang padat dari astenosfer di bawah mereka, mereka mengapung di atas astenosfer.
  • 3. Jauh di dalam astenosfer tekanan dan temperaturnya sangat tinggi sehingga dapat melunakkan batu dan bahkan sebagian meleleh. Batuan yang melunak tapi padat dapat mengalir sangat lambat (secepat gerakan pertumbuhan kuku) dari waktu ke waktu geologi. Ketika terdapat ketidakstabilan suhu yang ada ada di dekat inti / batas mantel maka pelat ini akan bergerak perlahan-lahan mengikuti arus konveksi bisa terbentuk dalam astenosfer yang semi-padat.
  • 4. Setelah terbentuk, arus konveksi membawa material panas dari lebih dalam mantel ke arah permukaan. Ini prosesnya mirip proses menjerang air. Air ketika dimasak maka yang dibawah akan naik keatas, sedangkan yang diatas akan turun kebawah.
  • 5. Ketika mereka mengapung dan mendekati permukaan, arus konveksi menyimpang di dasar lithosfer. Arus menyimpang mengerahkan ketegangan lemah atau “tarik” pada pelat padat di atasnya. Ketegangan dan aliran panas tinggi melemahkan pelat, akhirnya mengambang, dan kadangkala menyebabkan plat ini pecah. Kedua sisi pelat sekarang-terpisah kemudian pindah dari satu sama lain, membentuk BATAS PELAT berbeda.
  • Nah disinilah penjelasan mengapa plat atau kerak-kerak ini dapat terapung-apung diatas “cecair” mantel atas.
  • 6. Ruang antara pelat menyimpang diisi dengan batu cair (magma) dari bawah. Kontak dengan air laut mendinginkan magma, yang cepat membeku, membentuk litosfer samudera baru. Proses ini terus menerus, operasi selama jutaan tahun, membangun rantai gunung berapi bawah laut dan lembah celah disebut MID-OCEAN RIDGE atau Pemerkaran samudera.
  • 7. Sebagian batuan cair baru terus menerus disundul dari bawah dan berkembang menyamping pada mid-ocean ridge dan terus material dari bawah ini ditambahkan ke dalam lempeng samudera (6), bagian yang lebih tua (awal terbentuk) dari plat bergerak menjauh dari punggungan dima awalnya diciptakan. Itulah sebabnya plat yang memiliki densitas tinggi ini menunjam masuk ke dalam ketika bertemu dengan kerak (plat) benua.
  • 8. Sebagian lempeng samudera bergerak lebih jauh dan jauh dari punggunan tengah samudera, aktif menyebarkan panas, secara bertahap mendingin.  Akhirnya, tepi pelat yang terjauh dari punggung penyebaran mendingin begitu banyak sehingga menjadi lebih padat daripada astenosfer di bawahnya.
  • 9. Seperti yang Anda tahu, bahan padat akan tenggelam, dan itulah apa yang terjadi pada kerak atau plat samudera. Akhirnya ketika bertubrukan mulai tenggelam masuk dibawah astenosfer! Dimana tunjaman pelat ini membentuk sebuah zona subduksi.
  • Zona subduksi ini ketika bergesekan menyebabkan gempa. Terutama gempa-gempa laut.
  • 10. Karena tenggelam dibagian tepi lempeng samudera akhirnya seolah-olah  “menarik” sisa dari pelat belakangnya ini juga akibat adanya diringan dari pemekaran samodera yang berujung pada daerah subduksi. Hingga saat ini Geolog masih belum tahu dan tidak yakin seberapa dalam tunjaman lempeng samudera sebelum mulai mencair dan kehilangan identitasnya sebagai pelat, tetapi geolog tahu bahwa plat tetap solid jauh melebihi kedalaman 100 km di bawah permukaan bumi.
Ini versi DongengGeologidotCom
  • 11. Zona subduksi adalah salah satu jenis konvergen BATAS PELAT, jenis batas lempeng yang membentuk di mana dua lempeng bergerak menuju satu sama lain. Perhatikan bahwa meskipun lempeng samudera dingin yang tenggelam, lempeng kontinental tapi kurang padat mengapung seperti gabus di atas astenosfer lebih padat. (lihat ilustrasi disamping kanan atas itu)
  • 12. Ketika tenggelam subduksi lempeng samudera jauh di bawah permukaan bumi, suhu besar dan tekanan pada kedalaman menyebabkan cairan untuk “keringat” dari piring tenggelam. Cairan berkeringat keluar meresap ke atas, membantu mencairkan lokal solid mantel atasnya di atas plat mensubduksi untuk membentuk kantong batuan cair (magma).
  • 13. Nah batuan cair baru dihasilkan mantel (magma) adalah batuan kurang padat (densitasnya atau berat jenisnya lebih kecil) dari batuan sekitarnya, sehingga naik ke permukaan. Sebagian besar magma mendingin dan mengeras sebagai badan besar plutonik (intrusif) batuan jauh di bawah permukaan bumi. Material cair magma yang cukup besar,  akan membentuk dapur magma yang menyebabkan terbentuknya gunungapi.
  • gempapemicu.jpg14. Beberapa batuan cair dapat mencapai permukaan bumi meletus sebagai tekanan gas terpendam di magma tiba-tiba dilepaskan, membentuk vulkanik (ekstrusif) batuan. Seiring waktu, lava dan abu meletus setiap kali magma mencapai permukaan akan terakumulasi-berlapis-lapis-untuk membangun pegunungan berapi dan dataran tinggi, seperti pegunungan di busur vulkanik jawa hingga sumatera.
Begitulah hubungan erat antar gempa yang terjadi di negeri kita ini,

Sunday, November 7, 2010

Merapi meletus dikala menapakan kaki di negeri orang

Begitu tapak kaki melangkahkan di atas tanah negeri orang (Singapore), terdengar berita Merapi meletus disusul kabar meninggalnya Tokoh Merapi (Mbah Maridjan),

Entah apa yang bergolak di jiwa ini,