Search

Thursday, February 23, 2012


Tokoh-tokoh agama di Yogyakarta meminta agar rencana pemerintah untuk menyelenggarakan Ujian Sekolah Berstandar Nasional Pendidikan Agama Islam (USBN PAI) ditinjau ulang, karena hanya mengarahkan para siswa untuk sekadar hafalan, bukan amalan atau perilaku.
Hal itu disampaikan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DI Yogyakarta Bidang Pendidikan Tasman Hamami di sela-sela lokakarya bertema “Kontroversi Kebijakan USBN PAI” di Aula Kantor PWM, Yogyakarta, 15 Maret.
Menurut Tasman, arah USBN PAI adalah memperkuat peningkatan pendidikan agama yang berorientasi pada nilai angka, bukan keutamaan.
Hal itu dapat membuat siswa mempelajari agama sebagai hafalan, bukan perilaku atau amalan. Selain itu, USBN PAI merupakan bentuk standardisasi agama yang bisa melunturkan pluralitas internal agama, lanjut Tasman.
Romo Antonius Benny Susetyo, Sekretaris Komisi HAK Konferensi Waligereja Indonesia, yang juga hadir pada kegiatan itu mengatakan pendidikan agama dari ajaran agama mana pun di Indonesia harus berorientasi pada komunikasi iman.
Menurut Romo Benny, pendidikan agama tidak sekadar berhenti pada sifat-sifat ritual dan ajaran pemahaman, tetapi juga dialog dengan pemeluk agama lain.
“Dalam dialog atau komunikasi iman itu, siswa harus berhadapan dengan realitas sosial keagamaan. Melalui pendidikan agama, siswa siap hidup berdampingan dengan masyarakat yang beragam,” katanya.


KAYA' MALAIKAT SAJA, MENGUJI  AGAMA !!!